Saham BUMN Tak Kompak, JPMorgan Beli BRI dan Jual Mandiri-BNI: Ini Target Harga Analis

4 Min Read

Pergerakan saham perbankan pelat merah yang tidak seragam memicu aksi jual beli berbeda dari JPMorgan. BRI diborong, sementara Mandiri dan BNI dilepas sebagian. Bagaimana proyeksi analis ke depan?

Saham-saham bank milik negara menunjukkan pergerakan campuran pada perdagangan Selasa (27/5/2025). Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) naik 1,16% ke level Rp4.370 per lembar, mencatatkan penguatan 3,80% sepanjang tahun berjalan (year-to-date/YtD).

- Advertisement -

Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) juga menguat 0,67% ke Rp4.530 per saham. Meski dalam sebulan terakhir naik 8,11%, saham BNI masih terkoreksi 1,31% secara YtD.

Berbeda dengan keduanya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) justru melemah 1,37% ke Rp5.400 per lembar. Meskipun dalam tren naik selama sebulan terakhir sebesar 9,76%, saham BMRI masih turun 7,69% secara YtD.

Kondisi pasar yang cenderung positif turut menopang IHSG yang naik tipis 0,15% ke level 7.198,97, dan telah menguat 1,68% sepanjang 2025.

- Advertisement -

JPMorgan Ambil Posisi Berbeda di Tiga Saham Bank BUMN

Merespons tren yang tidak seragam, JPMorgan Chase & Co melakukan aksi beli dan jual yang selektif. Mengutip Bloomberg, JPMorgan memborong 5,3 juta saham BBRI, sehingga kepemilikannya bertambah menjadi 1,51 miliar lembar dengan cost basis Rp2.697,04 per saham.

Sebaliknya, JPMorgan menjual 1,6 juta saham BBNI walau harga sedang naik. Kepemilikan perusahaan tersebut di BBNI kini menjadi 74,7 juta lembar dengan cost basis Rp4.356,32.

Untuk saham BMRI, JPMorgan juga melakukan aksi jual sebesar 46,73 juta lembar, menyisakan 662,12 juta saham dengan harga rata-rata Rp5.177,77 per saham.

Mayoritas Analis Masih Rekomendasikan Beli

Mayoritas analis yang dihimpun Bloomberg masih merekomendasikan beli untuk ketiga saham tersebut:

  • BBRI: 31 beli, 5 tahan. Target 12 bulan ke depan Rp4.739,44 dengan potensi return 8,5%.
  • BBNI: 30 beli, 5 tahan, 2 jual. Target Rp5.352,26 dengan potensi return 18,2%.
  • BMRI: 32 beli, 2 tahan, 3 jual. Target Rp6.305,17 dengan potensi return 16,8%.

Ketiganya sempat menyentuh level terendahnya pada kuartal pertama tahun ini. Saham BBRI turun ke Rp3.360 pada 28 Februari, BBNI ke Rp3.720 pada 24 Maret, dan BMRI ke Rp4.410 pada 21 Maret. Namun, hanya BBRI yang sudah pulih ke zona positif secara YtD.

BRI Dinilai Paling Tahan Tekanan Margin

Analis Bloomberg Intelligence, Sarah Jane Mahmud, menilai BRI lebih unggul dibanding bank pelat merah lainnya dalam menghadapi tekanan margin akibat penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia ke 5,50%.

“BRI lebih leluasa karena memiliki portofolio kredit mikro berbunga tetap yang besar. Ini mempercepat penyesuaian suku bunga dana pihak ketiga sehingga tekanan margin bisa lebih ringan,” tulis Mahmud dalam laporannya.

Namun dari sisi laba bersih, BRI mencatat penurunan 13,92% secara tahunan menjadi Rp13,67 triliun pada kuartal I/2025. Kendati demikian, penyaluran kredit masih tumbuh 5% YoY. Dana murah (current account saving account/CASA) naik 7,1% YoY, didukung pertumbuhan giro 10,5% dan penurunan deposito 10,4%.

Valuasi BBRI Masih Menarik

Analis Kiwoom Sekuritas, Miftahul Khaer, menilai valuasi BBRI tetap menarik dengan rasio price to book value (PBV) sebesar 1,8 kali—masih di bawah rata-rata historis 2,4 kali.

Sementara analis Maybank Sekuritas, Faiq Asad, melihat harga saham BBRI masih memiliki ruang apresiasi menuju Rp4.800–Rp5.000 per saham. Meskipun performanya sedikit di bawah konsensus, Faiq menyarankan investor untuk tetap selektif.

“Valuasi menarik, tapi risiko pasar masih tercermin dalam harga. Momentum masuk perlu diperhatikan,” jelasnya.

Disclaimer: Artikel ini bersifat informatif dan bukan merupakan rekomendasi investasi.

Share This Article