Saham Grab Naik, Laba Disesuaikan Melonjak 71% di Tengah Isu Akuisisi GoTo

3 Min Read

Kinerja solid Grab Holdings Ltd. mendorong perusahaan asal Singapura ini menaikkan proyeksi laba tahunannya setelah mencetak penjualan kuartal pertama yang melebihi ekspektasi pasar. Di tengah ketegangan geopolitik dan tekanan ekonomi kawasan, hasil ini menjadi sinyal positif bagi sektor digital Asia Tenggara.

Dalam laporan keuangan yang dikutip dari Bloomberg, Kamis (1/5/2025), Grab—yang tercatat sebagai perusahaan transportasi dan pengiriman terbesar di Asia Tenggara—melaporkan pendapatan sebesar US$773 juta pada kuartal pertama 2025, tumbuh 18% secara tahunan dan melampaui konsensus analis.

Saham Grab melonjak hingga 4,8% dalam perdagangan pra-pasar di Amerika Serikat setelah rilis laporan tersebut. Dalam 12 bulan terakhir, saham Grab telah menguat sekitar 30%, meskipun masih terkoreksi sekitar 50% dibandingkan posisi awal saat IPO melalui skema special purpose acquisition company (SPAC) pada 2021.

Sejalan dengan strategi efisiensi, Grab memangkas pengeluaran dan tenaga kerja, mengikuti jejak mitranya Uber Technologies Inc. Langkah ini dilakukan untuk menjaga margin dan mempercepat target profitabilitas. Kini, perusahaan menaikkan proyeksi EBITDA adjusted tahunan dari US$470 juta menjadi US$480 juta.

Pada kuartal I/2025, EBITDA yang disesuaikan tercatat melonjak 71% year-on-year menjadi US$106 juta, jauh melampaui ekspektasi analis.

Analis Citigroup menyebut peningkatan panduan laba ini sebagai positive surprise, dengan kemungkinan kontribusi teknologi artificial intelligence (AI) dalam meningkatkan efisiensi operasional dan penargetan konsumen.

Di sisi lain, kabar akuisisi Grab terhadap pesaing utamanya, GoTo Group (GOTO), kembali mencuat. Menurut laporan Bloomberg News, Grab tengah mempertimbangkan penggabungan dengan valuasi di atas US$7 miliar. Meski menghadapi hambatan regulasi, proses pembicaraan disebut mengalami percepatan. Namun, pihak Grab menolak berkomentar saat diminta konfirmasi terkait isu ini dalam earnings call.

CFO Grab, Peter Oey, mengakui bahwa ketidakpastian ekonomi akibat kenaikan tarif perdagangan yang dipimpin AS dapat menekan daya beli konsumen. Meski begitu, perusahaan tetap mempertahankan proyeksi penjualannya untuk tahun ini, seraya terus mengevaluasi pasar. “Jika ada lebih banyak kejelasan, kami siap menyesuaikan panduan pendapatan,” ujarnya.

Grab juga terus memperkuat ekspansi ke layanan keuangan digital dan pengiriman. Beberapa produk baru telah diluncurkan pada April 2025, termasuk fitur akun keluarga, pre-booking penjemputan bandara, dan layanan pemesanan makanan kolektif. Inisiatif ini diharapkan bisa menggenjot pengeluaran pengguna di tengah tekanan inflasi dan suku bunga tinggi.

Share This Article