Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) ditutup melemah 1,01% ke level Rp4.890 per lembar pada penutupan perdagangan Rabu (30/4/2025), menjadikannya sebagai penekan utama indeks harga saham gabungan (IHSG) atau top laggard hari itu. Penurunan ini terjadi di tengah aksi jual yang dilakukan sejumlah investor besar, termasuk JPMorgan dan BlackRock.
Meskipun saham Mandiri melemah, IHSG tetap mampu menguat 0,26% ke level 6.766,79 berkat dukungan dari saham-saham lain yang menjadi penopang indeks pada akhir April.
Mengutip data Bloomberg, JPMorgan Chase & Co tercatat mengurangi kepemilikannya pada saham BMRI sebanyak 39,80 juta lembar menjadi 689,60 juta saham, dengan cost basis Rp5.173,20 per saham. BlackRock Inc juga melepas 7,02 juta saham dan kini menggenggam 1,39 miliar saham Bank Mandiri dengan harga rata-rata Rp3.308,41. Selain itu, Deutsche Bank AG turut menjual 36.500 lembar saham BMRI sehingga kepemilikannya menjadi 48,03 juta saham di harga rata-rata Rp3.953,06 per saham.
Di sisi lain, beberapa investor justru memanfaatkan penurunan harga ini untuk akumulasi. Manulife Financial Corp menambah 2,41 juta saham menjadi 101,43 juta lembar dengan cost basis Rp3.861,59. Nomura Holdings Inc bahkan membeli 27,33 juta saham, sehingga total kepemilikannya naik menjadi 31,68 juta saham dengan harga rata-rata Rp4.894,87 per saham.
Mayoritas analis masih merekomendasikan beli untuk saham BMRI. Berdasarkan data Bloomberg, terdapat 32 rekomendasi beli, 3 tahan, dan hanya 2 jual. Meski begitu, sepanjang 2025, harga saham BMRI tercatat telah turun sebesar 16,41%.
Dari sisi fundamental, Bank Mandiri mencatatkan kinerja positif. Pada kuartal I/2025, laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp13,87 triliun, tumbuh 3,89% dibandingkan Rp12,7 triliun pada kuartal I/2024. Pendapatan bunga bersih dan syariah turut naik 11,51% menjadi Rp39,62 triliun dari Rp35,53 triliun.
Namun, beban bunga syariah ikut meningkat menjadi Rp14,12 triliun dari Rp11,34 triliun. Dengan demikian, pendapatan bunga bersih tercatat sebesar Rp25,5 triliun, naik dari Rp24,18 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Bank Mandiri juga melaporkan kerugian penurunan nilai aset keuangan sebesar Rp3,63 triliun, sedikit naik 1,25% dari Rp3,59 triliun tahun lalu. Sementara itu, penyaluran kredit tumbuh 0,12% secara tahunan menjadi Rp1.625,28 triliun. Rasio kredit bermasalah (NPL) gross membaik menjadi 1,01% dari 1,02%, sementara NPL net naik tipis menjadi 0,35% dari 0,33%.
Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat signifikan sebesar 58,9% secara year-to-date menjadi Rp1.748,71 triliun, dibandingkan posisi Desember 2024 sebesar Rp1.099,9 triliun. Loan to Deposit Ratio (LDR) per Maret 2025 naik menjadi 93,45% dari 89,66% pada Maret tahun sebelumnya.
Total aset Bank Mandiri juga mengalami kenaikan 1,5% secara year-to-date menjadi Rp2.463,65 triliun per 31 Maret 2025.
Ciptadana Sekuritas Asia dalam risetnya menyebutkan bahwa kinerja keuangan Mandiri kuartal I/2025 masih sejalan dengan konsensus dan proyeksi mereka. Meski menurunkan estimasi laba 2025 sebesar 4% karena ekspektasi meningkatnya belanja operasional (operational expenditure), mereka tetap merekomendasikan beli saham BMRI dengan target harga Rp7.050 per saham.