Surat Berharga Negara (SBN) Indonesia kian menjadi incaran investor asing, berkat tawaran imbal hasil yang menarik dan stabilitas ekonomi yang solid. Berdasarkan data dari Bloomberg Terminal per Rabu (23/4/2025), SBN berdenominasi rupiah menempati posisi kedua tertinggi dalam daftar imbal hasil obligasi negara-negara Asia.
Untuk tenor 10 tahun, SBN Indonesia mencatatkan imbal hasil sebesar 6,93%. Sementara itu, Pakistan berada di posisi puncak dengan 12,47%, namun Indonesia tetap lebih unggul dalam hal daya tarik investasi berkat status investment grade dengan peringkat BBB dari World Government Bonds. Sebaliknya, Pakistan hanya mengantongi peringkat CCC+ yang tergolong berisiko tinggi.
Optimisme terhadap pasar obligasi Indonesia turut tercermin dari penurunan credit default swap (CDS) tenor 5 tahun menjadi 103,98, level terendah sejak kebijakan tarif era Presiden AS Donald Trump kembali diberlakukan pada 2 April 2025.
Investor Asing Kembali Borong SBN
Kendati sempat terjadi aksi jual oleh investor asing pada awal April, minat terhadap SBN kembali melonjak dalam lelang terbaru. Direktur Surat Utang Negara DJPPR Kementerian Keuangan, Deni Ridwan, menyebutkan bahwa nilai partisipasi asing meningkat signifikan dalam lelang SUN pada 22 April 2025.
“Minat investor asing naik menjadi Rp17,45 triliun, dibandingkan dengan Rp13,95 triliun pada lelang sebelumnya,” ujar Deni.
Pemerintah menerima total penawaran sebesar Rp77,46 triliun dan menyerap Rp28 triliun. Seri dengan tenor 5 tahun, FR0104, paling banyak diminati dengan penawaran mencapai Rp43,48 triliun dan penerbitan Rp7,2 triliun. Seri 10 tahun, FR0103, juga mencetak angka tinggi dengan penawaran Rp13,52 triliun dan penyerapan Rp11,5 triliun.
Sukuk Negara Juga Laris Manis
Satu pekan sebelumnya, lelang Sukuk Negara juga menunjukkan antusiasme serupa. Dirjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko, Suminto, mengungkapkan bahwa penawaran masuk mencapai Rp36,13 triliun, jauh di atas target Rp10 triliun. Dari jumlah tersebut, Rp12 triliun diterbitkan, dengan Rp2,21 triliun atau 18,4% dimenangkan oleh investor asing.
Ketertarikan Investor Global Masih Tinggi
Kepala Divisi Riset Pefindo, Suhindarto, menilai bahwa penundaan kebijakan tarif AS baru-baru ini turut meredakan kekhawatiran investor, khususnya di pasar negara berkembang seperti Indonesia.
“Dengan meredanya risiko geopolitik, saya optimistis arus dana asing akan kembali masuk ke pasar obligasi domestik,” ungkap Suhindarto.
Ia juga menegaskan bahwa obligasi pemerintah tetap menjadi pilihan utama investor, terutama institusi lokal seperti dana pensiun dan asuransi, yang cenderung menghindari risiko.
Selisih Imbal Hasil Jadi Kunci Daya Tarik
Menurut Rizky Hidayat, Investment Specialist di Schroders Indonesia, SBN tetap atraktif selama selisih imbal hasil terhadap obligasi pemerintah AS (Treasury) tetap berada di atas 300 basis poin. Saat ini, selisih tersebut berkisar antara 240–280 basis poin.
Namun, Rizky juga mengingatkan bahwa volatilitas global masih tinggi, dengan risiko stagflasi yang membayangi. Hal ini menyebabkan investor melirik aset lindung nilai seperti emas dan cenderung menjual Treasury AS.
“Selama spread terhadap Treasury tetap menarik, SBN akan terus jadi incaran,” ujarnya.