Semen Indonesia Genjot Bisnis Baru di Tengah Anjloknya Laba Kuartal I/2025

5 Min Read

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR), produsen semen pelat merah, tengah bersiap memulai sejumlah lini bisnis baru guna mendongkrak kinerja keuangan yang menurun pada kuartal I/2025. Langkah ini disepakati dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada 23 Mei lalu, bersamaan dengan perombakan besar-besaran jajaran direksi dan komisaris.

Direktur utama sebelumnya, Donny Arsal, digantikan oleh Indrieffouny Indra yang sebelumnya memimpin PT Semen Padang. Perubahan signifikan juga terjadi di level direksi lainnya: Sigit Prastowo menjabat Direktur Keuangan & Manajemen Risiko, Hadi Setiadi sebagai Direktur SDM, Dicky Saelan memimpin divisi Penjualan & Pemasaran, dan Dennis Pratistha menempati posisi Direktur Pengembangan Bisnis & Strategi.

- Advertisement -

Selain itu, Andriano Hosny Panangian yang sebelumnya menjabat Direktur Keuangan kini dirotasi sebagai Wakil Direktur Utama. Analis Maybank Sekuritas Indonesia, Kevin Halim dan Jeffrosenberg Chenlim, menilai perombakan ini sebagai katalis positif. “Tim manajemen baru membawa pengalaman relevan yang kami yakini mampu membalikkan performa SMGR di tengah ketatnya persaingan industri semen,” tulis mereka dalam riset yang dirilis melalui Bloomberg, Jumat (30/5/2025).

Secara khusus, mereka menyoroti penunjukan Dicky Saelan yang memiliki latar belakang kuat di sektor consumer goods, yang dinilai dapat menyegarkan strategi penjualan perusahaan.

Dari sisi kinerja, SMGR mencatat penurunan laba bersih sebesar 90,98% YoY menjadi Rp42,58 miliar pada kuartal I/2025. Pendapatan juga turun 8,6% YoY menjadi Rp7,65 triliun, dipicu oleh merosotnya penjualan semen ke pihak ketiga sebesar 13,93% YoY menjadi Rp5,44 triliun.

- Advertisement -

Ekspansi Bisnis Baru Jadi Andalan

Sebagai langkah strategis, SMGR kini mulai menggarap tiga lini usaha baru yang telah disetujui dalam RUPST. Pertama, pengembangan properti berupa kawasan perumahan. Kedua, perdagangan grosir bahan bangunan seperti keramik, batu bata, semen, dan kaca. Ketiga, produksi material bangunan berbasis semen dan kapur, khususnya precision interlock brick—produk turunan dari semen ramah lingkungan milik SMGR.

Sekretaris Perusahaan SMGR, Vita Mahreyni, menjelaskan bahwa diversifikasi ini bertujuan mengoptimalkan komersialisasi precision interlock brick yang dikenal lebih cepat dalam proses pembangunan, tahan gempa, serta ramah lingkungan. Produk ini juga disiapkan untuk mendukung program pembangunan tiga juta rumah yang dicanangkan pemerintah.

“SIG percaya bahwa implementasi bisnis baru ini akan memperkuat daya saing dan posisi jangka panjang perusahaan, sekaligus memberikan nilai tambah bagi pemegang saham,” tulis Vita dalam keterbukaan informasi (23/5/2025).

Kevin dan Jeffrosenberg memperkirakan kontribusi lini non-semen akan meningkat dari porsi saat ini sekitar 5–7% terhadap EBITDA. Mereka memandang pengangkatan Direktur Pengembangan Bisnis sebagai langkah kunci dalam menyukseskan transformasi ini.

Outlook Saham: Optimisme dan Tantangan

Maybank Sekuritas optimistis terhadap prospek saham SMGR, menaikkan rekomendasi dari Hold menjadi Buy dan target harga dari Rp2.300 menjadi Rp3.400. Mereka mencatat bahwa pangsa pasar SMGR meningkat dari 46,0% pada Maret menjadi 49,1% pada April 2025. Penurunan penjualan pada kuartal I juga dinilai sebagai dampak musiman karena pergeseran libur Idulfitri, yang biasanya berdampak pada kuartal II.

Maybank memproyeksikan laba bersih SMGR dapat tumbuh 49% YoY sepanjang 2025, didorong peningkatan ekspor, perbaikan komposisi penjualan (bag mix), serta penurunan biaya bunga. Mereka juga mencatat bahwa biaya produksi kas di kuartal I hanya naik 0,7% dibanding kuartal sebelumnya, meski volume turun 17%. Ini menjadi indikasi efisiensi yang bisa menopang pertumbuhan laba kuartal II.

Namun, pandangan berbeda datang dari JP Morgan. Lembaga investasi asal AS itu menilai pengendalian biaya SMGR masih terbatas dan pangsa pasar berisiko terus menyusut. Akibatnya, JP Morgan menurunkan rekomendasi saham SMGR dari Overweight menjadi Underweight, serta memangkas target harga drastis dari Rp4.530 menjadi Rp1.800 per saham. “Kami lebih memilih INTP sebagai saham pilihan utama di sektor semen,” tulis analis JP Morgan, Arnanto Januri dan Henry Wibowo (8/5/2025).

Menurut data Bloomberg per Senin (2/6/2025), sebanyak 11 dari 24 sekuritas masih merekomendasikan beli untuk saham SMGR (45,8%). Delapan sekuritas merekomendasikan hold, sementara lima lainnya memberi rating sell. Konsensus target harga saham SMGR saat ini berada di level Rp2.858,89, menawarkan potensi kenaikan 3,6% dari harga penutupan perdagangan kemarin di Rp2.760.

Share This Article