Analis dari 10x Research memperingatkan bahwa masih terlalu dini bagi investor untuk bersikap optimistis terhadap prospek jangka panjang Bitcoin di tengah ancaman resesi global.
Dalam laporan terbaru yang dirilis Jumat (11/4/2025), Markus Thielen menyoroti bahwa pelebaran credit spread yang terus berlanjut menjadi sinyal nyata bahwa kekhawatiran akan resesi semakin dalam mengakar di perekonomian.
“Untuk saat ini, terlalu cepat berharap akan adanya sentimen bullish yang kuat,” ujarnya.
Meski pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve AS biasanya dianggap sebagai angin segar bagi aset kripto, Thielen menilai dampak awalnya justru cenderung negatif. Menurutnya, pemotongan suku bunga pertama kerap memperkuat sinyal pelemahan ekonomi, yang menyebabkan investor melepas aset berisiko seperti Bitcoin.
Tekanan Masih Terasa, Tapi Prospek Terbuka
Hingga Jumat sore, Bitcoin diperdagangkan di kisaran US$81.000, turun 1% dalam 24 jam terakhir. Di saat bersamaan, indeks dolar AS (DXY) juga melemah ke 100,3400—turun hampir 3% dalam sepekan terakhir menurut TradingView.
Namun begitu, prospek jangka panjang dinilai masih terbuka. Robbie Mitchnick, Head of Digital Assets di BlackRock, menilai bahwa jika resesi benar-benar terjadi, justru bisa menjadi katalis besar bagi Bitcoin.
“Saya belum bisa pastikan apakah kita benar-benar akan mengalami resesi, tapi kalau itu terjadi, resesi bisa menjadi katalis besar bagi Bitcoin,” ujarnya, dikutip dari Cointelegraph.