The Fed Peringatkan Dampak Tarif Impor Trump Terhadap Ekonomi dan Pasar Tenaga Kerja AS

3 Min Read

Pejabat tinggi Federal Reserve memperingatkan bahwa kebijakan tarif impor yang diterapkan Presiden Donald Trump dapat membebani pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat dan memperburuk kondisi pasar tenaga kerja. Presiden Federal Reserve Bank of St. Louis, Alberto Musalem, menilai bahwa tarif-tarif tersebut masih menyimpan risiko terhadap prospek ekonomi, meskipun telah terjadi deeskalasi ketegangan perdagangan antara AS dan China pada 12 Mei lalu.

“Bahkan setelah penurunan ketegangan baru-baru ini, tarif masih berpotensi memberikan dampak signifikan terhadap prospek ekonomi jangka pendek,” ujar Musalem dalam pidatonya di Minneapolis, dikutip Rabu (21/5/2025).

Pada awal Mei, AS dan China sepakat untuk menurunkan tarif satu sama lain selama 90 hari, guna memberi ruang bagi negosiasi perdagangan lanjutan.

- Advertisement -

Risiko Tarif terhadap Ekonomi dan Inflasi

Musalem menyebutkan bahwa tarif yang berlaku saat ini kemungkinan besar akan menekan aktivitas ekonomi secara keseluruhan serta memperlemah pasar tenaga kerja. Menurutnya, meski kebijakan moneter saat ini berada pada posisi yang sesuai untuk merespons perubahan kondisi ekonomi, The Fed harus tetap waspada terhadap arah ekspektasi inflasi di tengah ketidakpastian.

“Selama ekspektasi inflasi masih sejalan dengan target jangka menengah kami di 2%, kami memiliki ruang untuk menyeimbangkan mandat harga dan ketenagakerjaan,” jelasnya.
“Ini saatnya membuktikan keseriusan kami dalam menjaga stabilitas harga dan melawan inflasi.”

Volatilitas Pasar Obligasi dan Sikap The Fed

Sementara itu, Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic turut menyoroti meningkatnya volatilitas di pasar obligasi pemerintah AS sebagai sumber ketidakpastian baru. Meski begitu, ia menegaskan bahwa kondisi tersebut belum sampai menimbulkan risiko sistemik terhadap fungsi pasar secara umum.

“Dengan banyaknya ketidakpastian yang ada, saya menilai kebijakan saat ini sudah tepat. Menambah ketidakpastian baru justru bisa memperpanjang jalan menuju kestabilan ekonomi,” ujar Bostic.

Dua Skenario Inflasi di Tengah Ketidakpastian

The Fed saat ini memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan sambil mencermati arah ekonomi di tengah perubahan kebijakan besar, mulai dari tarif perdagangan, pajak, imigrasi, hingga regulasi. Musalem menyampaikan bahwa perekonomian AS masih memiliki fondasi kuat, namun mulai terlihat tanda-tanda perlambatan dalam rencana investasi dan perekrutan oleh pelaku usaha.

- Advertisement -

Ia mengemukakan dua kemungkinan arah inflasi: tekanan harga yang muncul bisa bersifat sementara jika tarif diturunkan melalui negosiasi perdagangan yang berhasil, atau justru berlarut-larut jika ketegangan berlanjut.

“Jika inflasi terbukti lebih persisten, dan The Fed melonggarkan kebijakan terlalu dini sebelum memahami dampaknya secara penuh, hal itu bisa mengancam kredibilitas kami dalam menjaga stabilitas harga,” tegas Musalem.

Dengan meningkatnya ketidakpastian dari sisi kebijakan perdagangan, The Fed menegaskan pentingnya berhati-hati dalam mengambil langkah moneter. Prioritas tetap pada menjaga stabilitas harga dan ekspektasi inflasi jangka panjang, di tengah ancaman tarif yang bisa menggeser arah pemulihan ekonomi AS.

Share This Article