Nasib investor emas Antam pada akhir Mei 2025 tampak berbeda-beda, seiring tren harga buyback yang naik namun masih belum menyentuh rekor tertinggi. Berdasarkan data Logam Mulia pada Jumat (30/5/2025), harga buyback emas Antam meningkat Rp26.000 menjadi Rp1.744.000 per gram. Meski demikian, level ini masih cukup jauh dari rekor tertinggi sepanjang masa (all time high/ATH) yang tercatat Rp1.888.000 per gram pada 22 April 2025.
Tren tersebut membuat sebagian investor yang membeli emas Antam dalam beberapa bulan terakhir belum bisa menikmati potensi cuan dari aksi jual kembali. Sebagai perbandingan, harga emas Antam ukuran 1 gram telah menembus Rp1.744.000 sejak 18 Maret 2025, ketika banderolnya sudah mencapai Rp1.745.000 per gram.
Namun, investor yang membeli emas di awal tahun 2025 kini bisa menikmati potensi keuntungan. Kala itu, harga emas Antam 1 gram masih berada di kisaran Rp1.524.000, memberikan selisih harga yang cukup signifikan jika dijual kembali saat ini.
Sebagai informasi, buyback emas merupakan proses penjualan kembali emas kepada penyedia, baik dalam bentuk logam mulia, batangan, maupun perhiasan. Biasanya, harga buyback lebih rendah dibandingkan harga jual emas di pasaran. Meskipun demikian, keuntungan tetap bisa diperoleh apabila selisih antara harga beli dan harga jual cukup besar.
Sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 34/PMK.10/2017, penjualan kembali emas batangan ke Antam senilai lebih dari Rp10 juta dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) 22 sebesar 1,5% bagi pemilik NPWP dan 3% bagi yang tidak memiliki NPWP. Potongan pajak ini langsung dikurangkan dari total nilai buyback.
Sentimen Global Dongkrak Harga Emas Dunia
Di pasar internasional, harga emas mencatat penguatan seiring dengan reaksi pelaku pasar terhadap dua katalis utama: keputusan pengadilan AS yang memblokir sebagian besar tarif Presiden Donald Trump, serta data ketenagakerjaan AS yang mengecewakan.
Mengutip Reuters, harga emas di pasar spot naik 0,9% menjadi US$3.318,69 per ons pada Jumat (30/5/2025), setelah sebelumnya sempat menyentuh level terendah sejak 20 Mei. Sementara itu, harga emas berjangka AS juga menguat 0,6% menjadi US$3.343,90 per ons.
Pedagang logam independen Tai Wong mengatakan, ekspektasi bahwa Trump pada akhirnya akan menang dalam sengketa tarif justru menjadi pemicu penguatan harga emas. “Emas menguat karena lonjakan klaim pengangguran awal mingguan yang bisa menjadi pertanda melemahnya pasar tenaga kerja. Ini dapat mendorong The Fed untuk memangkas suku bunga lebih cepat,” ujarnya.
Risalah pertemuan Federal Reserve pada 6–7 Mei 2025 menunjukkan bahwa para pejabat mulai mempertimbangkan skenario yang lebih kompleks: inflasi yang terus naik bersamaan dengan peningkatan angka pengangguran. Proyeksi staf The Fed bahkan menyebutkan bahwa risiko resesi ikut meningkat.
Sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian, emas cenderung tampil baik dalam lingkungan suku bunga rendah. Saat ini, fokus pasar tertuju pada data Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) AS yang akan dirilis Jumat waktu setempat. Data tersebut dipantau ketat oleh pelaku pasar karena akan memberikan sinyal arah kebijakan moneter The Fed ke depan.