Vanguard & BlackRock Kompak Borong Saham ADRO, Optimistis pada Transformasi Hijau Alamtri

3 Min Read

Dua manajer aset global terkemuka, The Vanguard Group Inc. dan BlackRock Inc., tercatat aktif meningkatkan kepemilikan sahamnya di PT Alamtri Resources Indonesia Tbk. (ADRO) sepanjang 2025. Langkah ini mencerminkan kepercayaan terhadap prospek jangka panjang emiten tambang yang tengah bertransformasi menuju energi hijau tersebut.

Saham ADRO mencatat penguatan signifikan dalam sepekan terakhir di Bursa Efek Indonesia (BEI). Per Kamis (22/5/2025) pukul 13.59 WIB, harga saham mencapai Rp2.160 per lembar atau naik 11,34% dalam sepekan. Meski demikian, secara year-to-date (YtD), saham ini masih terkoreksi 14,62%.

- Advertisement -

Vanguard telah meningkatkan kepemilikannya sejak akhir 2024 dan kini menguasai 442,71 juta saham ADRO, dengan harga rata-rata akuisisi sebesar Rp1.042,54 per saham. Sementara itu, BlackRock juga menaikkan kepemilikannya menjadi 567,94 juta saham, dengan rata-rata harga beli Rp1.184,78 per lembar. Keduanya kini menikmati potensi capital gain signifikan dari investasinya.

Konsensus analis pun tampaknya sejalan dengan langkah kedua raksasa investasi ini. Dari 29 analis yang memantau ADRO, 17 menyarankan “Buy”, 10 menyarankan “Hold”, dan hanya dua yang merekomendasikan “Sell”. Target harga konsensus 12 bulan untuk saham ADRO berada di level Rp2.725,20.

Di bawah kepemimpinan pengusaha Garibaldi “Boy” Thohir, Alamtri Resources tengah melaksanakan transformasi besar-besaran. Salah satu langkah strategis utama adalah pemisahan unit tambang batu bara termal melalui PT Adaro Andalan Indonesia (AADI) yang dilepas melalui skema Penawaran Umum Pemegang Saham (PUPS) pada Desember 2024. Melalui aksi korporasi ini, Alamtri mendivestasi 84,6% sahamnya di AADI.

- Advertisement -

Perubahan struktur bisnis ini ditandai dengan penggantian nama perusahaan dari PT Adaro Energy Indonesia menjadi PT Alamtri Resources Indonesia pada November 2024.

Dalam Laporan Keberlanjutan 2024, Direktur Utama Alamtri, Garibaldi Thohir, menekankan bahwa pemisahan aset batu bara termal membuat perusahaan lebih adaptif terhadap risiko pasar dan kebijakan iklim, sekaligus memperkuat daya saing di sektor industri hijau.

“Langkah ini menegaskan komitmen kami terhadap keberlanjutan, serta mempercepat pengembangan energi terbarukan dan mineral strategis,” tulisnya dalam pengantar laporan tertanggal 23 April 2025.

Garibaldi juga menyebut bahwa dana segar dari aksi PUPS memberikan fleksibilitas finansial untuk ekspansi, akuisisi strategis, dan investasi di teknologi hijau. Salah satu proyek unggulan adalah pembangunan smelter aluminium di Kalimantan Utara yang ditargetkan mulai beroperasi akhir 2025. Smelter ini akan memproduksi komponen penting untuk kendaraan listrik, pembangkit listrik tenaga angin, dan tenaga surya.

“Kami juga menjajaki potensi sektor mineral hijau serta terus memperkuat posisi di pasar batu bara metalurgi yang penting bagi produksi baja,” lanjutnya. Volume penjualan batu bara metalurgi ADRO tercatat tumbuh 26,01% secara tahunan menjadi 5,62 juta ton pada 2024, melampaui target 4,9–5,4 juta ton.

Produk batu bara metalurgi andalan Alamtri, Enviromet, diklaim memiliki kadar abu dan fosfor yang sangat rendah, memungkinkan produksi baja yang lebih kuat dan minim limbah.

“Pertumbuhan ini mencerminkan permintaan batu bara yang tetap kuat, baik dari pasar domestik maupun internasional,” pungkas Garibaldi.

Share This Article